Dalam kehidupan sehari-hari
aktivitas wirausaha yang tidak terlepas dari sikap
kepemimpinan bahkan dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat. Kepemimpinan dan
Kewirausahaan adalah kemampuan
diri seseorang dalam menentukan dan mengevaluasi
peluang-peluang yang ada dengan
mengelola sumber daya yang tersedia.
Kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para
bawahan sedemikian rupa sehingga
orang lain mau melakukan kehendak Pemimpin
meskipun secara pribadi hal ini
mungkin tidak disenangi. Sukses tidaknya dalam mencapai
tujuan organisasi tergantung pada
kemampuan pimpinan mempengaruhi bawahan dalam
mengajak dan menyakinkan mereka,
sehingga para bawahan ikut berpartisipasi terhadap
apa yang telah dianjurkan dengan penuh semangat.
Menurut Griffin dan Ebert,
kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi
orang lain untuk mau bekerja
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1
Lindsay dan Patrick dalam
membahas “Mutu Total dan Pembangunan Organisasi”
mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu upaya merealisasikan tujuan
perusahaan dengan memadukan
kebutuhan para individu untuk terus tumbuh berkembang
dengan tujuan organisasi. Perlu
diketahui bahwa para individu merupakan anggota dari
perusahaan. Peterson at.all mengatakan
bahwa kepemimpinan merupakan suatu kreasi
yang berkaitan dengan pemahaman
dan penyelesaian atas permasalahan internal dan
eksternal organisasi.
Dalam konteks kelompok (tim)
bisnis, secara internal seorang ketua tim harus dapat
menggerakkan anggota tim
sedemikian rupa sehingga tujuan dapat dicapai. Seorang
ketua tim harus dapat memahami
kelebihan dan kekurangan anggota timnya, sehingga
dapat menentukan penugasan yang
harus diberikan kepada setiap anggota tim. Dilain pihak,
secara ekternal seorang ketua tim
harus dapat mempengaruhi investor agar mau
menginvestasikan dananya kepada bisnisnya.
Peran
Kepemimpinan dalam Manajemen
Kepemimpinan lebih erat kaitannya dengan fungsi penggerakan (actuating) dalam
Kepemimpinan lebih erat kaitannya dengan fungsi penggerakan (actuating) dalam
manajemen. Fungsi penggerakan mencakup
kegiatan memotivasi, kepemimpinan,
komunikasi, pelatihan, dan
bentuk-bentuk pengaruh pribadi lainnya. Fungsi tersebut juga
dianggap sebagai tindakan
mengambil inisiatif dan mengarahkan pekerjaan yang perlu
dilaksanakan dalam sebuah
organisasi. Dengan demikian actuating sangat erat kaitannya
dengan fungsi- fungsi manajemen
lainnya, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan agar tujuan-tujuan
organisasi dapat dicapai seperti yang diinginkan. Winardi
juga mengemukakan bahwa sekalipun
terdapat banyak teori tentang fungsi-fungsi
manajemen, namun dapat
disederhanakan bahwa fungsi manajemen setidaknya
meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan.
Dalam pengorganisasian, manajemen
menggabungkan dan mengkombinasikan
berbagai macam sumber daya
menjadi satu kesatuan untuk dapat memberikan manfaat
yang lebih berdaya guna. Sumber
daya tersebut dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
jenisnya, diberikan peran/fungsi,
dan dijalin sedemikian rupa untuk dapat saling berinteraksi
menjadi suatu sistem. Sistem yang
telah ditentukan diarahkan untuk dapat memproduksi
barang/jasa sesuai dengan yang
telah ditetapkan dalam perencanaan. Dalam organisasi,
yang terlibat dan bertanggung
jawab atas kegiatan-kegiatan terdiri dari para manajer,
para supervisor, dan para pelaksana.
Gaya
Kepemimpinan
Pada awal pemunculan teori
kepemimpinan telah diidentifikasikan berbagai kondisi
para pemimpin hebat Penampilan
fisik, inteligensia, dan kemampuan berbicara di kalangan
publik merupakan ciri khas yang
harus dimiliki oleh para pemimpin. Pada waktu itu banyak
diyakini bahwa orang bertubuh
tinggi lebih baik kemampuan memimpinnya dibandingkan
dengan orang yang bertubuh
pendek. Namun belakangan ini telah terjadi pergeseran, cara
pandang tidak lagi pada
penampilan fisik, melainkan pada gaya kepemimpinan. Griffin dan
Ebert mengemukakan 3 (tiga) gaya
kepemimpinan, yaitu: (1) gaya otokratik (autocratic
style), (2) gaya demokratik
(democratic style), dan (3) gaya bebas terkendali (free-rein
style).
Pemimpin dengan gaya otokratik pada umumnya memberikan perintah- perintah dan
meminta bawahan untuk
mematuhinya. Para komandan militer di medan perang umumnya
menerapkan gaya ini. Pemimpin
yang menerapkan gaya ini tidak memberikan cukup waktu
kepada para bawahan untuk
bertanya dan hal ini lebih sesuai pada situasi yang memerlukan
kecepatan dalam pengambilan
keputusan. Gaya ini juga cocok untuk diterapkan pada situasi
di mana pimpinan harus cepat
mengambil keputusan sehubungan adanya desakan para pesaing. Gaya otokratik ini
tidak selalu jelek seperti persepsi orang selama ini. Untuk
menghadapi anggota tim yang
malas, tidak disiplin, susah diatur, dan selalu menjadi trouble
maker, gaya kepemimpinan
otokratik sangat tepat untuk digunakan oleh seorang ketua tim.
Pemimpin dengan gaya demokratik pada umumnya meminta masukan kepada para
bawahan/stafnya terlebih dahulu
sebelum mengambil keputusan, namun pada akhirnya
menggunakan kewenangannya dalam
mengambil keputusan. Sebagai contoh, seorang
manajer teknik di bagian produksi
melontarkan gagasannya terlebih dahulu kepada
kelompok yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut untuk mendapatkan tanggapan
dan atau masukan sebelum mengambil keputusan
Pemimpin dengan gaya bebas terkendali pada umumnya memposisikan dirinya
sebagai konsultan bagi para
bawahannya dan cenderung memberikan kewenangan kepada
para bawahan untuk mengambil
keputusan. Dengan gaya ini seorang pemimpin lebih
menekankan kepada unsur keyakinan
bahwa kelompok pekerja telah dapat dipercaya
karena seringnya menyampaikan
pendapat dan gagasannya, telah mengetahui apa yang
harus dikerjakan dan mengetahui
bagaimanamengerjakannya sehingga pemimpin hanya tut
wuri handayani
(broad based management).
Ketiga gaya kepemimpinan tersebut
dapat digunakan oleh seorang ketua tim sesuai
dengan situasi yang dihadapinya.
Situasi di sini meliputi waktu, tuntutan pekerjaan,
kemampuan bawahan, pimpinan,
teman sekerja, kemampuan dan harapan-harapan
bawahan, serta kematangan
bawahan. Beck dan Neil Yeager (2000) mengemukakan empat
gaya kepemimpinan yang lazim
disebut kepemimpinan situasional (situational leadership)
Syarat-syarat
Kepemimpinan
Ada tiga hal penting dalam
konsepsi kepemimpinan antara lain:
1. Kekuasaan
Kekuasaaan adalagh otorisasi dan
legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk mempengaruhi dan
menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu
dalam rangka penyelesaian tugas
tertentu.
2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan,
kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin
mampu mengatur orang lain dan
patuh padanya.
3. Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya
kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara
teknis maupun social, yang
melebihi dari anggota biasa.
Sementara itu Stodgill yang
dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus
mempunyai kelebihan sebagai
persyaratan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan,
kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
2. Prestasi, gelar kesarjanaan,
ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
3. Tangggung jawab, berani,
tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
4. Partisipasi aktif, memiliki
stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.
5. Status, kedudukan social
ekonomi cukup tinggidan tenar.
Keterampilan
Dasar Kepemimpinan
Griffin dan Ebert mengemukakan
bahwa manajer yang efektif perlu memiliki
keterampilan dasar kepemimpinan,
setidaknya dalam 5 (lima) hal sebagai berikut:
keterampilan teknis (technical
skills),
keterampilan hubungan insani
(human relations skills),
keterampilan konseptual
(conceptual skills),
keterampilan mengambil
keputusan (decision-making skills), dan
keterampilan manajemen waktu
(time management skills).
Cocheu menyarankan agar ketua tim
memiliki keterampilan dasar kepemimpinan yang
meliputi:
mendemonstrasikan kepemimpinan,
memfasilitasi interaksi di dalam
tim,
melakukan negosiasi dalam hal
terjadi perbedaan dan konflik,
melatih anggota tim,
memberikan pengarahan untuk
meningkatkan kinerja tim,
mempresentasikan
gagasan-gagasannya secara persuasif, dan
membina hubungan dengan
berbagai tingkatan manajemen
Djokosantoso Moeljono, Beyond
Leadership, 12 Konsep Kepemimpinan, Jakarta, Elex Media
Komputindo, 2004.
Yager, Jan. 2005. Creative Time Management.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Griffin W. Ricky dan Ebert J. Ronald, Business, edisi-5. New Jersey:
Prentice Hall International Inc.
1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar