1.
Pengertian
Elektron, Orbit dan Orbit Elektron
a.
Pengertian
Orbit
Orbit adalah lintasan suatu benda mengeliling pusat
inti lintasan. misal, bumi mengorbit matahri, bulan mengorbit bumi, keduanya
memiliki jalur khusus yang cukup pasti untuk ditentukan pada waktu dan tempat
tertentu.
Sedangkan untuk elektron kita juga sama,
membicarakan dimana elektron tersebut beada dalam mengelilingi inti atom. hanya
saja akibat dari sifat dualisme elektron sebagai gelombang dan partikel secara
bersamaan, kita tidak akan bisa menentukan dengan tepat posisi elektron pada
waktu tertentu. dikarenakan oleh gerakannya yang sangat cepat dan massanya yang
sangat amat kecil, bahkan ketika kita mengirimkan cahaya/gelombang pendeteksi
untuk mengetahui posisi eletron, seketika itu pula gelombang/energi pendeteksi
tersebut merubah posisi elekrron.
Kita tetap bisa mengetahui lokasi keberadaan atom
tersebut, hanya saja kali ini lokasinya adalah bukan berupa lintasan tetap
berupa satu lingkaran/elips , tetapi adalah berupa sebaran tempat/ruang yang
mempunyai probabilitas/kemungkinan terbesar untuk kita dapat menemui elektron.
tempat itu dinamakan orbital
b.
Pengertian Elektron
Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif
dan umumnya ditulis sebagai e-.
Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur apapun yang
diketahui, sehingga ia dipercayai sebagai partikel
elementer.
Elektron memiliki massa sekitar 1/1836 massa proton. Momentum sudut (spin)
instrinsik elektron adalah setengah nilai integer dalam satuan ħ, yang berarti bahwa ia termasuk fermion. Antipartikel elektron disebut sebagai positron, yang identik dengan elektron,
tapi bermuatan positif. Ketika sebuah elektron bertumbukan dengan positron, keduanya kemungkinan dapat
saling berhambur ataupun musnah total, menghasilan sepasang
(atau lebih) foton sinar gama.
c.
Pengertian
Orbit Elektron
Ketika planet bergerak mengitari matahari, kita
dapat menggambarkan jalur yang ditempuh oleh planet itu yang disebut dengan
orbit. Gambaran sederhana dari atom juga sama dengan fenomena tersebut dan kita
dapat menggambar elektron-elektron yang mengorbit mengelilingi nukleus ( inti
atom ). Walaupun sesungguhnya elektron-elektron tidak mengorbit pada jalur yang
tetap melainkan mengorbit pada sebuah ruang yang disebut dengan orbital. Orbit
dan orbital terkesan sama, tetapi sebenarnya memiliki makna yang cukup berbeda.
Kita perlu memahami perbedaan di antara keduanya.
Orbital atom adalah sebuah fungsi
matematika yang menggambarkan perilaku sebuah elektron
ataupun sepasang elektron bak-gelombang dalam sebuah atom. Fungsi ini
dapat digunakan untuk menghitung probabilitas penemuan elektron dalam
sebuah atom pada daerah spesifik mana pun di sekeliling inti atom. Dari fungsi
inilah kita dapat menggambarkan sebuah grafik tiga dimensi yang menunjukkan
kebermungkinan lokasi elektron. Oleh karena itu, istilah orbital atom dapat
pula secara langsung merujuk pada daerah tertentu pada sekitar atom yang
ditentukan oleh fungsi matematis kebermungkinan penemuan elektron. Secara
spesifik, orbital atom menyatakan keadaan-keadaan kuantum yang
mungkin dari suatu elektron dalam sekumpulan elektron di sekeliling atom.
Walaupun beranalogi dengan planet mengelilingi
Matahari, elektron tidak dapat digambarkan sebagai partikel padat, sehingga
orbital atom pula tidak akan menyerupai lintasan revolusi planet. Analogi yang
lebih akurat adalah membandingkan orbital atom dengan atmosfer (elektron) yang
berada di sekeliling planet kecil (inti atom). Orbital atom dengan persis
menggambarkan bentuk geometri atmosfer ini hanya ketika terdapat satu elektron
yang ada dalam atom. Ketika elektron yang lebih banyak ditambahkan pada atom
tersebut, elektron tambahan tersebut cenderung akan mengisi volume ruang di
sekeliling inti atom secara merata sehingga kumpulan elektron (kadang-kadang disebut
"awan elektron") tersebut umumnya cenderung membentuk daerah
probabilitas penemuan elektron yang berbentuk bola.
Gagasan bahwa elektron dapat berevolusi di
sekeliling ini atom dengan momentum sudut yang pasti diargumenkan dengan penuh
keyakinan oleh Niels Bohr pada tahun 1913, dan
fisikawan Jepang Hantaro Nagaoka pun
telah mempublikasi hipotesis perilaku orbit elektron seawal tahun
1904. Namun adalah penyelesaian persamaan Schrödinger pada
tahun 1926 untuk gelombang elektron pada atom yang memberikan fungsi matematis
orbital atom modern.
2.
Lintasan
Elektron
Elektron
mempunyai muatan listrik negatif yang mengelilingi inti atom. Hal ini tidak
jauh berbeda bila anda mengamati benda-benda langit, seperti planet-planet yang
mengelilingi matahari. Elektron bergerak pada lintasannya dan terikat dengan
inti atom itu sendiri. Akan tetapi elektron yang bergerak pada garis paling
luar mudah lepas, dan bila lepas berarti keluar dari inti atom itu sendiri.
Jika
elektron-elektron tersebut lepas dari lintasannya atau orbitnya maka elektron
tersebut dinamakan elektron bebas.
Elektron yang keluar atau terlepas dari orbitnya tersebut biasanya karena
pengaruh dari luar. Elektron yang terlepas inilah yang menghasilkan energi yang
disebut dengan energi atau arus listrik. Akibat gesekan ini
timbul panas atau percikan bunga api seperti sepotong besi dipukul dengan palu.
Percikan bunga api itulah yang disebut elektron bebas. Pada logam banyak
terdapat elektron bebas, sementara pada plastik dan kayu hampir atau bahkan
sama sekali tidak ada elektronnya karena elektron benda tersebut hampir terikat
dengan atomnya. Baterai atai aki pada ujung-ujungnya yang negatif (-) dan
positif (+) apabila dipertemukan dengan seutas kawat logam, maka elektronnya
bisa meloncat keluar atau terlepas dari inti atomnya. Dimana arus elektron
dengan arus listrik bergerak secara berlawanan.
a. Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan
kuantum utama (n) memiliki nilai n = 1, 2, 3, ..., n. Bilangan kuantum ini
menyatakan tingkat energi utama elektron dan sebagai ukuran kebolehjadian
ditemukannya elektron dari inti atom. Jadi, bilangan kuantum utama serupa
dengan tingkat-tingkat energi elektron atau orbit menurut teori atom Bohr. Menurut
postulat Bohr, elektron mengelilingi inti dengan lintasan stasioner dan tidak
memancarkan atau menyerap energi. Selanjutnya menurut postulat Bohr, elektron
memiliki tingkat energi tertentu dalam tiap lintasannya.
Bilangan
kuantum utama merupakan fungsi jarak yang dihitung dari inti atom (sebagai
titik nol). Jadi, semakin besar nilai n, semakin jauh jaraknya dari inti.
Oleh
karena peluang menemukan elektron dinyatakan dengan orbital maka dapat
dikatakan bahwa orbital berada dalam tingkat-tingkat energi sesuai dengan
bilangan kuantum utama (n). Pada setiap tingkat energi terdapat satu atau lebih
bentuk orbital. Semua bentuk orbital ini membentuk kulit (shell). Kulit adalah
kumpulan bentuk orbital dalam bilangan kuantum utama yang sama.
Kulit-kulit
ini diberi lambang mulai dari K, L, M, N, ..., dan seterusnya. Hubungan
bilangan kuantum utama dengan lambang kulit sebagai berikut. Jumlah orbital
dalam setiap kulit sama dengan n2, n adalah bilangan kuantum utama.
b. Bilangan Kuantum Azimut (ℓ)
Bilangan
kuantum azimut disebut juga bilangan kuantum momentum sudut, dilambangkan
dengan ℓ. Bilangan kuantum azimut menentukan bentuk orbital. Nilai
bilangan kuantum azimut adalah ℓ = n–1. Oleh karena nilai n merupakan
bilangan bulat dan terkecil sama dengan satu maka harga ℓ juga
merupakan deret bilangan bulat 0, 1, 2, …, (n–1). Jadi, untuk n=1 hanya ada
satu harga bilangan kuantum azimut, yaitu 0. Berarti, pada kulit K (n=1) hanya
terdapat satu bentuk orbital. Untuk n=2 ada dua harga bilangan kuantum azimut,
yaitu 0 dan 1. Artinya, pada kulit L (n=2) terdapat dua bentuk orbital, yaitu
orbital yang memiliki nilai ℓ=0 dan orbital yang memiliki nilai ℓ=1.
Tabel
1. Bilangan Kuantum Azimut pada Kulit Atom
n
|
Kulit
|
ℓ
|
1.
|
K
|
0
(s)
|
2.
|
L
|
0
(s), 1 (p)
|
3.
|
M
|
0
(s), 1(p), 2(d)
|
Pada
pembahasan sebelumnya, dinyatakan bahwa bentuk-bentuk orbital yang memiliki
bilangan kuantum utama sama membentuk kulit. Bentuk orbital dengan bilangan
kuantum azimut sama dinamakan subkulit. Jadi, bilangan kuantum azimut dapat
juga menunjukkan jumlah subkulit dalam setiap kulit. Masing-masing subkulit
diberi lambang dengan s, p, d, f, …, dan seterusnya. Hubungan subkulit dengan
lambangnya adalah sebagai berikut.
Bilangan
kuantum azimut (ℓ)
|
0
|
1
|
2
|
3
|
...
|
Lambang
subkulit
|
S
|
P
|
d
|
F
|
...
|
c. Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Bilangan
kuantum magnetik disebut juga bilangan kuantum orientasi sebab bilangan kuantum
ini menunjukkan orientasi (arah orbital) dalam ruang atau orientasi subkulit
dalam kulit. Nilai bilangan kuantum magnetik berupa deret bilangan bulat dari
–m melalui nol sampai +m. Untuk ℓ 1, nilai m=0, ±l. Jadi, nilai
bilangan kuantum magnetik untuk ℓ=1 adalah –l melalui 0 sampai +l.
d. Bilangan Kuantum Spin (s)
Di
samping bilangan kuantum n, ℓ, dan m, masih terdapat satu bilangan kuantum
lain. Bilangan kuantum ini dinamakan bilangan kuantum spin, dilambangkan dengan
s. Bilangan kuantum ini ditemukan dari hasil pengamatan radiasi uap perak yang
dilewatkan melalui medan magnet, oleh Otto Stern dan W. Gerlach.
Pada
medan magnet, berkas cahaya dari uap atom perak terurai menjadi dua berkas.
Satu berkas membelok ke kutub utara magnet dan satu berkas lagi ke kutub selatan
magnet (perhatikan Gambar 6).
Berdasarkan
pengamatan tersebut, disimpulkan bahwa atom-atom perak memiliki sifat magnet.
Pengamatan terhadap atom-atom unsur lain, seperti atom Li, Na, Cu, dan Au
selalu menghasilkan gejala yang serupa. Atom-atom tersebut memiliki jumlah
elektron ganjil. Munculnya sifat magnet dari berkas uap atom disebabkan oleh
spin atau putaran elektron pada porosnya.
Berdasarkan
percobaan Stern-Gerlach, dapat disimpulkan bahwa ada dua macam spin elektron
yang berlawanan arah dan saling meniadakan. Pada atom yang jumlah elektronnya
ganjil, terdapat sebuah elektron yang spinnya tidak ada yang meniadakan.
Akibatnya, atom tersebut memiliki medan magnet.
Spin
elektron dinyatakan dengan bilangan kuantum spin. Bilangan kuantum ini memiliki
dua harga yang berlawanan tanda, yaitu +1/2 dan – 1/2. Tanda (+) menunjukkan
putaran searah jarum jam dan tanda (–) arah sebaliknya (perhatikan Gambar 7).
Adapun harga 1/2, menyatakan fraksi elektron.
3. Bentuk Orbital
Bentuk
orbital ditentukan oleh bilangan kuantum azimut. Bilangan kuantum ini diperoleh
dari suatu persamaan matematika yang mengandung trigonometri (sinus dan cosinus).
Akibatnya, bentuk orbital ditentukan oleh bentuk trigonometri dalam ruang.
a) Ketidak mungkinan penggambaran orbital elektron-elektron
Untuk
menggambar suatu jalur kita perlu mengetahui secara pasti di mana objek
tersebut berada dan ke arah mana objek itu bergerak. Sayangnya, kita tidak bisa
melakukan hal tersebut untuk elektron-elektron.
b)
Prinsip
ketidakpastian Heisenberg
Menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengetahui secara pasti di
mana elektron itu berada dan ke arah mana elektron itu bergerak. Hal ini
membuat kita tidak mungkin menggambarkan secara tepat jalur atau orbit dari
elektron yang mengelilingi nukleus. Tetapi ada suatu cara lain yang bisa
diterima untuk menggambarkan pergerakan elektron-elektron di sekitar nukleus.
a. Orbital-s
Orbital-s
memiliki bilangan kuantum azimut, ℓ= 0 dan m= 0. Oleh karena nilai m
sesungguhnya suatu tetapan (tidak mengandung trigonometri) maka orbital-s tidak
memiliki orientasi dalam ruang sehingga orbital-s ditetapkan berupa bola
simetris di sekeliling inti. Permukaan bola menyatakan peluang terbesar
ditemukannya elektron dalam orbital-s. Hal ini bukan berarti semua elektron
dalam orbital-s berada di permukaan bola, tetapi pada permukaan bola itu
peluangnya tertinggi (≈ 99,99%), sisanya boleh jadi tersebar di dalam bola,
lihat Gambar 8.
Gambar
8. Peluang keberadaan elektron dalam atom. Peluang terbesar ( ≈ 99,99%)
berada pada permukaan bola.
|
b. Orbital-p
Orbital-p
memiliki bilangan kuantum azimut, ℓ 1 dan m= 0, ±l. Oleh karena itu,
orbital-p memiliki tiga orientasi dalam ruang sesuai dengan bilangan kuantum
magnetiknya. Oleh karena nilai m sesungguhnya mengandung sinus maka bentuk
orbital-p menyerupai bentuk sinus dalam ruang, seperti ditunjukkan pada Gambar
9.
Ketiga
orbital-p memiliki bentuk yang sama, tetapi berbeda dalam orientasinya.
Orbital-px memiliki orientasi ruang pada sumbu-x, orbital-py memiliki
orientasi pada sumbu-y, dan orbital-pz memiliki orientasi pada sumbu-z.
Makna dari bentuk orbital-p adalah peluang terbesar ditemukannya elektron dalam
ruang berada di sekitar sumbu x, y, dan z. Adapun pada bidang xy, xz, dan yz,
peluangnya terkecil.
c. Orbital-d
Orbital-d
memiliki bilangan kuantum azimut ℓ = 2 dan m = 0, ±1, ±2. Akibatnya, terdapat
lima orbital-d yang melibatkan sumbu dan bidang, sesuai dengan jumlah bilangan
kuantum magnetiknya. Orbital-d terdiri atas orbital-dz2, orbital-dxz ,
orbital-dxy, orbital-dyz, dan orbital-dx2− y2 (perhatikan Gambar 10).
Orbital -dxy, dxz, dyz,
dan dx2− y2 memiliki bentuk yang sama, tetapi orientasi dalam ruang
berbeda. Orientasi orbital-dxy berada dalam bidang xy, demikian juga
orientasi orbital-orbital lainnya sesuai dengan tandanya. Orbital dx2−
y2 memiliki orientasi pada sumbu x dan sumbu y. Adapun
orbital dz2 memiliki bentuk berbeda dari keempat orbital yang lain.
Orientasi
orbital ini berada pada sumbu z dan terdapat “donat” kecil pada bidang-xy.
Makna dari orbital-d adalah, pada daerah-daerah sesuai tanda dalam orbital (xy,
xz, yz, x2–y2, z2 menunjukkan peluang terbesar ditemukannya
elektron, sedangkan pada simpul-simpul di luar bidang memiliki peluang paling
kecil.
Bentuk
orbital-f dan yang lebih tinggi dapat dihitung secara matematika, tetapi sukar
untuk digambarkan atau diungkapkan kebolehjadiannya sebagaimana orbital-s, p,
dan d.
Kesimpulan
umum dari hasil penyelesaian persamaan Schrodinger dapat dirangkum sebagai
berikut : Setiap orbital dicirikan oleh tiga bilangan kuantum n, ℓ, dan m
yang memiliki ukuran, bentuk, dan orientasi tertentu dalam ruang kebolehjadian.
Elektron-elektron yang menghuni orbital memiliki spin berlawanan sesuai temuan
Stern-Gerlach. Secara lengkap, peluang keberadaan elektron dalam atom dapat
Anda lihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Bilangan Kuantum dan Orbital Atom
N
|
ℓ
|
M
|
Orbital
|
S
|
Jumlah
Maksimum
Elektron
|
|
1
|
0
|
0
|
1s
|
2
|
2
|
|
2
|
0
|
0
|
2s
|
2
|
8
|
|
1
|
–1,
0, +1
|
2p
|
6
|
|||
3
|
0
|
0
|
3s
|
2
|
18
|
|
1
|
–1,
0, +1
|
3p
|
6
|
|||
2
|
–2,
–1, 0, +1, +2
|
3d
|
10
|
|||
4
|
0
|
0
|
4s
|
2
|
32
|
|
1
|
–1,
0, +1
|
4p
|
6
|
|||
2
|
–2,
–1, 0, +1, +2
|
4d
|
10
|
|||
3
|
–3,
–2, –1, 0, +1, +2, +3
|
4f
|
14
|
Persamaan
Schrodinger hanya dapat diterapkan secara eksak untuk atom berelektron tunggal
seperti hidrogen, sedangkan pada atom berelektron banyak tidak dapat diselesaikan.
Kesulitan utama pada atom berelektron banyak adalah bertambahnya jumlah
elektron sehingga menimbulkan tarik-menarik antara elektron-inti dan
tolak-menolak antara elektron-elektron semakin rumit. Oleh karena itu, untuk
atom berlektron banyak digunakan metode pendekatan berdasarkan hasil penelitian
dan teori para ahli.
4. Tingkat Energi Orbital
Pada
atom berelektron banyak, setiap orbital ditandai oleh bilangan kuantum
n, ℓ, m, dan s. Bilangan kuantum ini memiliki arti sama dengan yang
dibahas sebelumnya. Perbedaannya terletak pada jarak orbital dari inti. Pada
atom hidrogen, setiap orbital dengan nilai bilangan kuantum utama sama memiliki
tingkat-tingkat energi sama atau terdegenerasi. Misalnya, orbital 2s dan 2p
memiliki tingkat energi yang sama. Demikian pula untuk orbital 3s, 3p, dan 3d.
Pada
atom berelektron banyak, orbital-orbital dengan nilai bilangan kuantum utama
sama memiliki tingkat energi yang sedikit berbeda. Misalnya, orbital 2s dan 2p
memiliki tingkat energi berbeda, yaitu energi orbital 2p lebih tinggi.
Perbedaan tingkat energi elektron pada atom hidrogen dan atom berelektron
banyak ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar
11. Diagram tingkat energi orbital (a) Atom hidrogen. Tingkat energi
orbital atom mengalami degenerasi. (b) Atom berelektron banyak
|
Perbedaan
tingkat energi ini disebabkan oleh elektron yang berada pada kulit dalam
menghalangi elektron-elektron pada kulit bagian luar. Sebagai contoh, elektron
pada orbital 1s akan tolak-menolak dengan elektron pada orbital-2s dan 2p
sehingga orbital-2s dan 2p tidak lagi sejajar (terdegenerasi) seperti pada atom
hidrogen. Hal ini menyebabkan elektron-elektron dalam orbital-2s memiliki
peluang lebih besar ditemukan di dekat inti daripada orbital-2p (orbital-2s
lebih dekat dengan inti).
Catatan :
Hasil penyelesaian persamaan
Schrodinger pada atom
hidrogen menunjukkan orbital-orbital yang terdegenerasi (orbital dalam kulit
yang sama memiliki energi yang sama).
5. Aturan dalam Konfigurasi
Elektron
Penulisan
konfigurasi elektron untuk atom berelektron banyak didasarkan pada aturan
aufbau, aturan Hund, dan prinsip larangan Pauli. Untuk menentukan jumlah
elektron dalam atom, perlu diketahui nomor atom unsur bersangkutan. Berikut ini
adalah urutan dimana elektron diisi kedalam orbitan atom dikendalikan oleh 3
prinsip penting, yaitu :
a. Aturan Membangun (Aufbau)
Aturan
pengisian elektron ke dalam orbital-orbital dikenal dengan prinsip Aufbau
(bahasa Jerman, artinya membangun). Menurut aturan ini, elektron dalam atom
harus memiliki energi terendah, artinya elektron harus terlebih dahulu menghuni
orbital dengan energi terendah (lihat diagram tingkat energi orbital pada
Gambar 12).
Tingkat
energi elektron ditentukan oleh bilangan kuantum utama. Bilangan kuantum utama
dengan n = 1 merupakan tingkat energi paling rendah, kemudian meningkat ke
tingkat energi yang lebih tinggi, yaitu n = 2, n = 3, dan seterusnya. Jadi,
urutan kenaikan tingkat energi elektron adalah (n = 1) < (n = 2) < (n =3)
< … < (n = n).
Setelah
tingkat energi elektron diurutkan berdasarkan bilangan kuantum utama, kemudian
diurutkan lagi berdasarkan bilangan kuantum azimut sebab orbital-orbital dalam
atom berelektron banyak tidak terdegenerasi. Berdasarkan bilangan kuantum
azimut, tingkat energi terendah adalah orbital dengan bilangan kuantum azimut
terkecil atau ℓ= 0. Jadi, urutan tingkat energinya adalah s < p < d
< f < [ ℓ = (n–1)].
Terdapat
aturan tambahan, yaitu aturan (n+ℓ). Menurut aturan ini, untuk nilai (n+ℓ)
sama, orbital yang memiliki energi lebih rendah adalah orbital dengan bilangan
kuantum utama lebih kecil, contoh: 2p (2+1 = 3) < 3s (3+0 =3), 3p (3+1 = 4)
< 4s (4+0 =4), dan seterusnya. Jika nilai (n+ℓ) berbeda maka orbital yang
memiliki energi lebih rendah adalah orbital dengan jumlah (n+ℓ) lebih kecil,
contoh: 4s (4+0 = 4) < 3d (3+2 =5).
Dengan
mengacu pada aturan aufbau maka urutan kenaikan tingkat energi
elektron-elektron dalam orbital adalah sebagai berikut. 1s < 2s < 2p <
3s < 3p < 4s < 3d < 4p < 5s < 4d < 5p < 6s < 4f <
…
b. Aturan Hund
Aturan
Hund disusun berdasarkan data spektroskopi atom. Aturan ini menyatakan sebagai
berikut.
Pengisian
elektron ke dalam orbital-orbital yang tingkat energinya sama, misalnya ketiga
orbital-p atau kelima orbital-d. Oleh karena itu, elektron-elektron tidak
berpasangan sebelum semua orbital dihuni.
Elektron-elektron
yang menghuni orbital-orbital dengan tingkat energi sama, misalnya
orbital pz, px, py Oleh karena itu, energi paling rendah dicapai
jika spin elektron searah.
c. Prinsip Larangan Pauli
Menurut
Wolfgang Pauli, elektron-elektron tidak boleh memiliki empat bilangan kuantum
yang sama. Aturan ini disebut Prinsip larangan Pauli. Makna dari larangan Pauli
adalah jika elektron-elektron memiliki ketiga bilangan kuantum (n, ℓ, m)
sama maka elektron-elektron tersebut tidak boleh berada dalam orbital yang sama
pada waktu bersamaan.
Akibatnya,
setiap orbital hanya dapat dihuni maksimum dua elektron dan arah spinnya harus
berlawanan. Sebagai konsekuensi dari larangan Pauli maka jumlah elektron yang
dapat menghuni subkulit s, p, d, f, …, dan seterusnya berturut-turut adalah 2,
6, 10, 14, ..., dan seterusnya. Hal ini sesuai dengan rumus: 2(2 ℓ +
1).
Pauli
adalah seorang ahli teori. Menggunakan hasil observasi ilmuwan lain, dia
menemukan spin elektron dan mengemukakan asas larangan Pauli. Hal ini
membawanya memenangkan hadiah Nobel di bidang Fisika pada 1945. Lahir pada
1900, Pauli hidup sampai pada 1958 dan membuat penemuan terkenal pada usia 25
tahun. (Sumber:Chemistry The Molecular Science, 1997.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar